Selamat Datang Di Gubuk Yang Sederhana Ini, Mari Minum Kopi Bersama di negeri nyiur melambai, torang samua basodara

Sabtu, 25 Mei 2013

Siapa Yang Seharusnya Menjadi Raja



Siapa Yang Seharusnya Menjadi Raja
Sumber: http://kids.baps.org/storytime/whoshouldbeking.htm

Berkelahi dengan saudara-saudara kita karena masalah mainan merupaka kebiasaan buruk yang harus kita hindari. Tapi coba kalian bayangkan akibat perkelahian jika terjadi dalam sebuah kerajaan?

Untuk membebaskan manusia dari masalah mereka, Betara Wisnu menjelma sebagai putra sulung Raja Dashrath, bernama Rama. Dia lahir dari permaisuri pertama raja bernama Kaushalya. Ram memiliki tiga saudara lainnya. Lakshman lahir dari permaisuri kedua Raja Dashrath bernama Sumitra. Permaisuri ketiganya, Kaikeyi melahirkan Bharat dan Shatrughna. Keempat bersaudara ini  dikirim oleh Raja ke ashram (sekolah) Resi Walmiki untuk pendidikan mereka. Keempat saudara ini sangat dekat dan akrab satu sama lain. Setelah menyelesaikan pendidikan mereka, mereka kembali ke istana ayah mereka.

Toleransi dan Pluralisme dalam Hindu



Toleransi dan Pluralisme dalam Hindu
Oleh: W. Sumertha

Om Suastiastu.
Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Hyang Widhi wasa atas segala berkat dan kasih yang telah dilimpahkan kepada kita. Tanpa kemurahanNya mustahil semua ini dapat kita nikmati.
  
Baru-baru ini saya diutus oleh Parisada Sulut untuk mengikuti konferensi antar umat beragama antara Indonesia dan Jerman. Salah satu permasalahan yang dibahas adalah mengenai toleransi dan pluralism. Konferensi ini dilaksanakan karena kita mencermati akhir-akhir ini mulai timbul berbagai konflik yang diakibatkan oleh kurangnya toleransi.

Betara Shiva



Betara Shiva

 

Shiva sering dijuluki sebagai Dewa para yogi, Dewa yang dipuja untuk dapat mengendalikan diri. Shiva juga terkenal dengan shaktinya, Dewi Parvati. Dewa Siwa adalah pelebur, menyusul Brahma sebagai pencipta dan Wisnu sebagai pemelihara, merupakan satu dari tiga siklus kehidupan, mencipta, memelihara dan melebur. Shiva bertanggung jawab sebagai pengubah dalam bentuk kematian dan kehancuran. Dalam arti positif menghancurkan berarti menghancurkan ego, dan kepalsuan. Shiva juga menghancurkan kebiasaan jelek dan bentuk keterikatan.

Semua yang memiliki awal
pasti memiliki akhir. Pengertian hancur disini, tidak ada yang benar-benar hancur, tetapi ilusi individualitas yang kita miliki. Dengan demikian kekuatan kehancuran yang terkait dengan Dewa Shiva memiliki kekuatan memurnikan diri, baik pada tingkat diri pribadi ketika masalah menghampiri kita sehingga kita mampu melihat dan memaknai realitas kehidupan, dan juga menghadapi kehidupan pada tingkat yang lebih universal. Penghancuran membuka jalan bagi penciptaan baru dalam alam semesta. Sebagai Satyam, Shivam, Sundaram atau Kebenaran, Kebaikan dan Keindahan, Siwa merupakan kebaikan yang paling penting.

Betara Shiva memiliki banyak bentuk, diantaranya adalah dalam bentuk Panchavaktra dengan 5 kepala yang merupakan kombinasi dari semua energi/kekuatan Shiva: Aghora (bersemayam di dalem/tempat kremasi), Ishana (dipuja sebagai Shivalingam), Tat Purusha (Betara Shiva yang sedang bermeditasi), Varna Deva (Betara Shiva yang  abadi) dan Saddyojat atau Braddha Rudra (bentuk murka dari betara Shiva). Betara Shiva juga diberi gelar sebagai Nataraja atau Dewa seni dan tari. Tari Siwa Nataraja melambangkan kehancuran dan penciptaan alam semesta dan mengungkapkan siklus kelahiran, kematian, dan kelahiran kembali. Dalam gambarannya sebagai Nataraja (Raja Tari), beliau memberikan darsana atau wejangan kepada para bhaktanya. Dibawah kaki suciNya, Shiva meremukkan kebodohan manusia yang disebabkan oleh kepapaan/kebodohan. Bentuk lain dari Betara Shiva adalah sebagai Mahamrityunyaya, sebagai penakluk kematian. Mahamrityunjaya mantra adalah salah satu dari dua mantra utama Veda, di samping mantra Gayatri. Mantra ini dinyanyikan untuk memohon agar kita bisa mengatasi kematian dan penyakit. Bentuk utama lain dari Shiva adalah Ardhnarishwara, setengah Siwa, setengah Shakti.

Ada beberapa atribut yang terkait dengan Betara Shiva antara lain: senjata trisula yang mewakili tri guna (satwa, rajas, tamah), ular yang menunjukkan bahwa Ia berada di luar kekuasaan kematian dan racun dan juga sebagai pembangkit energi Kundalini, suara dua sisi genderang Shiva sebagai pemelihara irama detak jantung dan pencipta suara suci AUM. Kendaraan Shiva adalah banteng putih yang disebut Nandi sebagai lambang kebahagiaan. Shiva duduk di kulit macan atau memakai pakaian kulit macan, sebagai lambang pikiran.

Senin, 13 Mei 2013

Permainan Tradisional


lestari alamku lestari desaku 
dimana tuhanku menitipkan aku
nyanyi bocah-bocah di kala purnama
nyanyikan pujaan untuk ...  



Sebuah lagu yang mengingatkan dulu di desa.. Terbayang ketika dulu kecil dibawah sinar rembulan disebelah kolam yang rimbun oleh pohon bamboo.. bermain petak umpet yang kala itu sungguh membuat hati kecil kami bahagia ktawa terkadang sampai terbawa alam mimpi.. emm   di musim berganti permainan pun berganti terkadang musim tajog,musim goli, musim pindekan, layangan dan masih banyak permaian tradisional yang sungguh mengasyikan.. bagi pemerhati budaya permainan tradisional ini mempunyai makna mendalam.. kesetiakawanan, kebersamaan, kreatifitas, toleransi dan cinta kasih… 

mari lestarikan hasil budaya kita.. kalau bukan kita siapa lagi kalau bukan sekarang kapan lagi..