Selamat Datang Di Gubuk Yang Sederhana Ini, Mari Minum Kopi Bersama di negeri nyiur melambai, torang samua basodara

Minggu, 13 April 2014

HARI RAYA TUMPEK LANDEP


Oleh : Bli Wayan Mudharma

Umat Hindu memiliki banyak hari suci, salah satunya Tumpek. Ada enam Turnpek yaitu Turnpek Landep, Turnpek Wariga, Tumpek Kuningan, Tumpek Krurut, Tumpek Uye, dan Tumpek Wayang.
Kata "Tumpek" sendiri berasal dari kata "tampa" yang berarti turun (Kamus Jawa Kuna Indonesia). Kata "tampa" mendapatkan sisipan um, menjadi "tumampa", meng¬alami perubahan konsonan menjadi "tumampak" yang artinya berpijak, dan kembali mengalami perubahan menjadi kata keterangan keadaan menjadi "tumampek" yang artinya dekat. Kemudian kata ini mengalami persenyawaan huruf M, sehingga menjadi "tumpek". "Dengan demikian, Hari Suci Tumpek mengandung pengertian hari peringatan turunnya kekuatan manifestasi Hyang Widhi ke dunia."
Hari Raya Turnpek Landep meru¬pakan rentetan setelah Hari Raya Saraswati. Pada hari yang jatuh tiap Saniscara/Sabtu Kliwon Wuku Landep atau secara perhitungan kalender dirayakan setiap 210 hari sekali, umat Hindu melakukan puji syukur atas berkah yang telah diberikan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Ida Bhatara Sang Hyang Pasupati.



Perbedaan Hari Raya Saraswati dengan Hari Raya Tumpek Landep adalah: pada saat Saraswati umat Hindu melakukan puji syukur atas turunnya ilmu pengetahuan yang diimplementasikan dengan meng¬upacarai berbagai sumber ilmu pengetahuan, seperti buku, lontar, dan prasasti. Sedangkan pada tumpek Landep mengucapkan puji syukur kepada Ida Bhatara Sang Hyang Pasupati yang telah menganugerahi kecerdasan dan ketajaman pikiran kepada manusia untuk mempermudah kehidupannya mencapai kebahagiaan.

Pelaksanaan upacara Tumpek Landep dilaksanakan di Bali karena mengandung hakikat dan makna yang tinggi dan sangat berhubungan dengan kehidupan manusia di dunia terutama mengenai intelegensi manusia. Karena, manusia merupakan makhluk religius yang selalu berhubungan dengan kekuatan supranatural. Dengan kereligiusannya itu manusia bisa membedakan mana yang benar dan yang salah.

"Tumpek Landep merupakan hari peringatan turunnya manifestasi Sang Hyang Widhi ke dunia dengan prabhawa (perwujudan) Sang Hyang Pasupati. Pada Tumpek Landep ini, Sang Hyang Pasupati menganugerahkan intelegensi (IQ) kepada semua makhluk di dunia khususnya bagi umat Hindu," tegasnya. Berdasarkan sastra Hindu, kata "pasupati" bermakna kekuatan yang timbul, tetap bersumber pada kebenaran. Pada upacara Turnpek Landep ini umat Hindu nnengupacarai sarwa landep atau menggunakan sarana simbol suci yang bersifat tajam yaitu keris. Keris menyimbolkan ketajaman intelegensi manusia karena memiliki tiga sisi. Pada sisi kanan keris merupakan simbol kekuatan Hyang Brahma yang memiliki kekuatan sakti. Kata "sakti" dapat diberikan arti "sakta" yang berarti ada. Sisi kiri sebagai simbol kekuatan Hyang Wisnu yang memiliki kekuatan sidi yang dapat diartikan "sidha" yang bermakna keberhasilan Dan, pada ujung keris adalah sebagai simbol kekuatan Hyang Siwa, memiliki kekuatan mandhi (mujarab). Dan, kata "mandhi" dapat diartikan "mandha" yang bermakna selalu mengalir.

Namun, pada zaman sekarang ini perayaan Tumpek Landep oleh umat Hindu di Bali tak banyak lagi yang mengupacarai keris. Realitanya di masyarakat, Tumpek Landep lebih dipersepsikan sebagai pewetonan mobil dan motor. lni merupakan pengembangan bentuk apresiasi manusia kepada alat/sarana dalam mencapai tujuan/keberhasilan. Motor atau mobil menjadi sarana transportasi un¬tuk mencapai apa yang kita mau (kata sidha). Tetapi tetap symbol nilai agama berupa keris itu harus ada, karena keris menyimbulkan tri bhuwana di bhuwana agung (bhur, bwah, swah),.
Umat Hindu merayakan Turnpek Landep dengan tata cara berbedabeda. Salah satu tata cara pelaksanaan Tumpek Landep yaitu dengan munggahang (menghaturkan) upakara di kemulan. Banten yang dihaturkan pejati lengkap asoroh, tumpeng merah dua lengkap dengan reras¬men, sampian turnpeng, penyeneng semuanya memakai daun endong bang, dan canang pesucian. Ayaban menggunakan tumpeng lima, banten tetebasan pasupati, banten prayascita, bayekawonan, dan segehan merah atanding.

Setelah di kemulan, baru kemudian menghaturkan ke rong lainnya, boleh menggunakan banten soda atau hanya canang sari. Baru selanjutnya mengupacarai kendaraan. Bukan salah Kaprah!
Tumpek Landep lebih dipersepsikan sebagai pewetonan mobil dan motor. lni merupakan pengembangan bentuk apresiasi manusia kepada alat/sarana dalam mencapai tujuan/keberhasilan. Motor atau mobil menjadi sarana transportasi untuk mencapai apa yang kita mau (seperti kata sidha di depan).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar